Info Sekitar Tempat Wisata Indonesia

Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budaya. Tampilkan semua postingan

9/03/2016

KEBUDAYAAN SULAWESI UTARA


Mengenal lebih jauh Kebuadayaan dari Provinsi Sulawesi Utara yang berada di pulau Sulawesi. Seperti biasa, kita akan melihat bentuk rumah adat, pakaian adat, tari-tarian budaya, senjata tradisional, suku, bahasa dan lagu daerah. Berikut uraian singkat dari budaya Sulawesi Utara :

mengenal lebih jauh kebudayaan sulawesi utara 2016,travel guide,tempat wisata indonesia
Pakaian adat manado
1. Rumah Adat

Salah satu contoh rumah adat Sulawesi Utara dinamakan “Rumah Pewaris”. Rumah ini dihuni oleh para pemimpin maupun rakyat biasa. Rumah tersebut harus dibuat dari balok atau papak tanpa sambungan. Kayunya tak boleh bengkok sebagai pelambang ketulusan lahir dan batin. Atapnya dari daun rumbia dan dikanan kiri rumah terdapat tangga. Rumah pewaris mempunyai ruang tamu, ruang keluarga, dan kamar kamar.

Kolong rumah tersebut dapat digunakan untuk tempat menyimpan alat alat pertanian maupun alat alat perikanan.didepan rumahnya, pada bagian kanan dan kiri masing masing terdapat sebuah tangga untuk memasuki rumah, kita harus menaiki tangga yang sebelah kanan, sedangkan untuk keluar dari rumah, kita harus menuruni tangga yang sebelah kiri. Seluruh rumah terbuat dari bahan kayu.

2. Pakaian Adat

Pakaian adat kaum pria Sulawesi Utara adalah tutup kepala (destar), baju model teluk belanga dan celana panjang. Sedangkan wanitanya memakai baju kurung dan kain panjang. Selain itu dibagian dadanya terdapat hiasan yang khas, dan perhiasan lainnya berupa subang serta gelang. Pakaian ini berdasarkan adat Bolaang Mongondow.

3. Tarian tarian Daerah Sulawesi Utara

a. Tari Maengket, merupakan tari pergaulan yang dilakukan secara berpasang pasangan. Menggambarkan suasana kasih sayang dan cumbuan.
b. Tari Polopalo, adalah tari pergaulan bagi muda mudi daerah Gorontalo.
c. Tapi Panen, tari ini menggambarkan kegembiraan masyarakat Minahasa yang secara gotong royong melaksanakan panen cengkeh dan kopra. Ditarikan oleh sekelompok wanita, garapan tari ini didasarkan atas unsur unsur gerak tari tradisi setempat.
d. Tari Cakalele, adalah tari yang melambangkan keprajuritan dan kegagahan.

4. Senjata Tradisional

Keris merupakan senjata tradisional yang biasa dipakai oleh rakyat di Sulawesi Utara. Bentuknya lurus tanpa berlekuk lekuk. Sedangkan senjata terkenal lainnya adalah peda (semacam parang), sabel,tombak, dan perisai.
Pedan dan parang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan, seperti untuk bertani atau menyadap enau. Pedan ini bentuknya pendek dengan ukurun 50cm, terbuat dari besi. Hulunya terbuat dari kayu yang keras dan ujungnya bercabang dua.
Sabel termasuk jenis peda dengan ukuran lebih panjang, yaitu 1-1,5m. Hulunya juga bercabang dua dan dipakai untuk perang, perisai sebagai penangkis terbuat dari kayu, diberi ukiran dengan motif motif binatang atau daun daun.

5. Suku  : Suku dan marga yang terdapat didaerah Sulawesi Utara adalah : Singir, Talaud, Minahasa, Bolaang Mongondaw, Bantik, Gorontalo, dan lain lain.

6. Bahasa Daerah : Gorontalo, Mongondow, Sangir, Minahasa, dan lain lain.

7. Lagu Daerah : O Ina Ni Keke, Si Patokaan, Esa Mokan, Tahapusang, Kara.
Share:

KEBUDAYAAN SULAWESI TENGGARA


Kebudayaan dari Provinsi Sulawesi Tenggara yang juga satu daratan yaitu Pulau Sulawesi. Seperti biasa kita akan melihat rumah adat, pakaian adat, tari-tarian, senjata tradisional, suku, bahasa dan lagu daerah dari Provinsi Sulawesi Tenggara. Berikut uraiannya :

mengenal kebudayaan sulawesi tenggara,wisata indonesia,tempat wisata indonesia,travel guide
pakaian adat sulawesi tenggara
1. Rumah Adat

Salah satu contoh rumah adat Sulawesi Tenggara disebut Istana Sultan Buton. Istana Sultan Buton disebut juga Malige. Bangunan tersebut tidak memakai paku dan merupakan rumah panggung. Ia terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama tempat kediaman raja dan permaisuri, lantai kedua untuk tempat tinggal dan lantai ketiga tempat wanita salat. Pada kiri kanan lanta dua ada ruangan tempat semacam menenun kain yang disebut Bate.
 Sultan Buton adalah pilihan rakyat banyak. Sultan harus bersih dari cacat jasmani ataupun cacat rohani. Untuk menggantikan kedudukan Sultan, tidak selamanya dari keturunan Sultan yang berkuasa. Dapat pula dupilih dari adik atau kakak Sultan, bahkan dari orang lain yang sederajat.

2. Pakaian Adat

Prianya memakai pakaian adat berupa tutup kepala (destar), baju model jas tutup sarung sebatas dengkul dan celana panjang.
Sedangkan wanitanya memakai baju kebaya. Diatas kepalanya terdapat hiasan kembang dan hiasan lainnya berupa anting anting, kalung, dan gelang. Pakaian adat ini berasal dari Kendari.


3. Tari tarian Daerah Sulawesi Tenggara

a. Tari Balumpa, merupakan tari selamat datang dalam menyambut tamu agung. Tari rakyat ini berasal dari Buton.
b. Tari Dinggu, melambangkan sifat kegotongroyongan dalam kerja bersama sewaktu menumbuk padi. Sentuhan alu pada lumbung merupakan irama tersendiri yang menyentuh hati.
c. Tari Molulo, adalah tarian yang indah danriang dari pergaulan muda mudi Sulawesi Tenggara.
d. Tari Motasu (berladang), Tari Motasu diangkat dari tradisi masyarakat Tolaki di Kabupaten Kolaka dan Kendari. Keseluruhannya menggambarkan ungkapan permohonan kepada tuhan agar dalam berladang dapat perlindungan dan kelak dikaruniai hasil yang melimpah.

 4. Senjata Tradisional

Keris adalah senjata tradisional rakyat Sulawesi Tenggara/ bentuknya berlekuk lekuk seperti keris pada umumnya. Istana dan banteng kerajaan Sultan Buton sangat terkenal dalam sejarah perlawanan bersenjata menentang Belanda. Keris dan pedang dipakai untuk perang jarak dekat, sedangkan tombak, lembing dan sumpitan untuk perang jarak jauh.


5. Suku  : Suku da marga yang terdapat didaerah Sulawesi Tenggara adalah : Walio, Laki, Muna, Buton, Mororene, Wowonii, Kulisusu, dan lain lain.

6. Bahasa Daerah : Buton, Muna, Laki dan lain lain.

7. Lagu Daerah : Peia Tawa tawa

Demikianlah bahasan tentang KEBUDAYAAN SULAWESI TENGGARA yang dapat kami sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan nya dan semoga bermangfaat dalam dan menambah pengengetahuan kita tentang kekayaan budaya di negeri Indonesia ini.
Share:

9/02/2016

MENGENAL KEBUDAYAAN SULAWESI TENGAH


Sekarang kita akan membahas tentang Kebudayaan dari Sulawesi Tengah (Sulteng). Kita akan berkenalan dengan Rumah adat, pakaian adat, tari-tarian, senjata tradisional, suku, bahasa dan lagu tradisionalnya.
Mengenal kebudayaan sulawesi tengah,wisata indonesia,travel guide 2016
Tari Lumense
1.    Rumah Adat

Rumah adat Sulawesi Tengah disebut Rumah Tambai. Rumah tambai berupa rumah panggung dan atapnya sekaligus berfungsi sebagai dinding anak tangga dengan jumlah ganji menandaan rumah kepala adat dan yang berjumlah genap adalah milik penduduk desa.
Alas rumah tersebut terdiri dari balok balok yang disusun, sedangkan pondasi atau dasarnya terdiri dari batu alam. Tangga untuk naik terbuat dari batang batang kayu bulat dan atap rumah Tambai itu terbuat dari daun rumbai atau bumbu yang dibelah dua.

2.    Pakaian Adat

Pakaian adat untuk prianya berupa hiasan kepala yang khas, siga namanya, baju yang menyerupai jubah yang disebut buya dan sebilah keris (pasatimpo) terselip pada pending yang ada dipinggang.
Wanitanya memakai baju yang disebut patimah lola, kalung susun atau gena kambora, gelang yang disebut pontodate, dan anting anting yang disebut dali. Kepala dan dahi diberi hiasan yang dinamakan dadasa. Selain itu ia pun memakai pending. Pakaian ini dipakai untuk upacara pernikahan di Donggala.

3.    Tari tarian Sulawesi Tengah

a.    Tari Lumense dari Poso merupakan tarian selamat datang untuk menyambut tamu angung.
b.    Tari Peule Cindi termasuk pula tarian untuk menyambut tamu angung. Puncak acarany adalah dengan menaburkan bunga bagi para tamu.
c.    Tari Pepoinaya tari ini menggambarkan ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap keberhasilan panen atau berkah kedatangan tamu tamu penting. Tari ini digarap berdasarkan unsur ak tari tradisional dari daerah Poso, Sulawesi Tengan yang dipadukan dengan gerak tari Moenda, Motorompio, dan Molinga.

4.    Senjata Tradisional

Pasatimpo adalah senjata tradisional yang terkenal di Sulteng. Bentuk hulunya bengkok kebawah dan sarungnya diberi tali. Senjata terkenal lainnya adalah tomak kanjoe atau surampa (ujungnya berbentuk trisula), parang, tombak, pisau, perisai, dan sumpitan. Senjata parang dipakai untuk bertani atau untuk berperang. Sedangkan tomak dipergunakan untuk berburu babi, mencari ikan atauk untuk berperang.

5.    Suku : Suku dan marga yang terdapat didaerah Sulawesi Tengah adalah Kaili, Kulawi, Mori, Pamona, Banggai, Balatar, dan lain lain.

6.    Bahasa Daerah : Kulawi, Kaili, Blatar, Mori, Banggai, dan lain lain.

7.    Lagu Daerah : Tope Gugu, Tondok, Kadadingku.
Share:

KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN


Mengenal Kebuadayaan dari Provinsi Sulawesi Selatan. Seperti biasa, kita akan melihat bentuk rumah adat, pakaian adat, tari-tarian budaya, senjata tradisional, suku, bahasa dan lagu daerah. Berikut uraian singkat dari budaya Sulawesi Selatan.
Mengenal Kebuadayaan dari Provinsi Sulawesi Selatan, travel guide 2016, wisata indonesia
Tari Pakarena / Tari Kipas
1. Rumah Adat

Rumah adat Sulawesi Selatan disebut Tongkonan. Tongkonan adalah rumah adat orang Toraja di Sulawesi Selatan. Kolong rumah itu berupa kandang kerbau belang atau tedong bonga. Kerbau ini merupakan lambang kekayaan, disepan rumah tersusun tanduk tanduk kerbau,sebagai perlambang pemiliknya telah berulang kali mengadakan upacara kematian secara besar besaran. Tongkonan terdiri dari 3 ruangan yaitu ruang tamu, ruang makan, dan ruang belakang.

 2. Pakaian Adat

Pakaian adat Selawesi Selatan yang dipakai prianya berupa tutup kepala, baju yang disebut baju bella dada, sarung yang disebut tope, keris tata ropprng (terbungkus dari emas seluruhnya) dan gelang nada yang disebut pottonaga.

Sedangkan wanitanya memakai ikat kepala, baju lengan pendek, Tope atau sarung dengan rantainya, ikat pinggang dengan sebilah keris terselip didepan perut. Perhiasan yang dipakai adalah anting anting panjang atau bangkara a’rowe, kalung tunggal atau geno sibatu dan gelang tangan. Pakaian ini berdasarkan adat Bugis Makasar.

3. Tari tarian Daerah Selawesi Selatan

a. Tari Kipas, yang mempertunjukkan kemahiran para gadis dalam memainkan kipas dalam suasana gembira sambil mengikuti alunan lagu.
b. Tari Basaro,merupakan tarian untuk menyambut para tamu terhormat. Gerak gerakkan badannya sangat luwes.
c. Tari Bo’da, yang mendasarkan garapannya pada unsur gerak tari tradisional yang berkembang di Kabupaten Selayar. Dengan iringan musik Bo’da kesuluruhan gerakkannya menggambarkan luapan kegembiraan gadis gadis dimalam terang bulan pada saat menjelang musim panen.

 4. Senjata Tradisional

Badik merupakan senjata tradisional yang sangat terkenal di Sulawesi Selatan. Bentuknya kokoh dan cukup mengerikan. Senjata terkenal lainnya adalah peda (semacam perang), sabel, tombak, dan perisai.

5. Suku  : Bugis, Makkasar, Mandar, Toraja, dan lain lain.

6. Bahasa Daerah : Makkasar, Bugis, Toraja, Mandar, dan lain lain.

7. Lagu Daerah : Angin Mamiri, Pakarena, Marencong.
Share:

KEBUDAYAAN SULAWESI BARAT


Selanjutnya  kita akan membahas kebudayaan di Provinsi baru di Indonesia yang ke-33, yaitu Kebudayaan yang ada  Provinsi Sulawesi Barat. Provinsi ini merupakan provinsi baru di Indonesia yang terbentuk dari pemekaran Provinsi Sulawesi Selatan, dan kini telah menjadi Provinsi ke-33 yang diresmikan sejak 5 Oktober 2004 berdasarkan UU No. 26 Tahun 2004. Ibukota provinsi Sulawesi Barat ini adalah Mamuju. Luas wilayahnya sekitar 16,796.19 km². Secara geografis, provinsi ini terletak di posisi silang dari Segitiga emas Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah, serta langsung menghadap rute berlayar nasional dan internasional selat Makassar.
Info Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat, travel guide 2016, wisata indonesia
Saat ini Sulawesi Barat terkenal dengan kakaonya, kopi (robusta dan arabika), cengkeh, dan kelapa. Emas, batu bara, dan minyak telah menjadikan provinsi makmur. Lebih lengkapnya kebudayaan yang ada di Provinsi Sulawesi Barat ini akan kami sajikan dibawah ini.

1. Rumah adat
Rumah adat Mandar, yakni rumah panggung yang memiliki bentuk yang hampir sama dengan rumah adat suku Bugis dan Makassar. Perbedaanya pada bagian teras (lego) lebih besar dan atapnya seperti ember miring ke depan. Bentuk rumah panggung yang berdiri diatas tiang-tiangnya dimaksudkan untuk menghindari banjir dan binatang buas. Dan apabila semakin tinggi tingkat kolong rumah menandakan semakin tinggi pula tingkat status sosial pemiliknya.  Atap rumah umumnya terbuat dari sirap kayu besi, bambu, daun nipah, rumbia, ijuk atau ilalang. Tangga terbuat dari kayu (odeneng) atau bambu (sapana) dengan jumlah anak tangganya ganjil. Tingkat dinding berbentuk segitiga yang bersusun sebagai atap juga menunjukan kedudukan sosial pemilik rumah.

2. Pakaian Tradisional
Di Sulawesi Barat mempunyai keragaman baju tradisionalnya. Pakaian tradisional Sulawesi Barat biasanya dikenakan dalam pertunjukan tari, acara pernikahan dll yang memiliki keragaman dalam busananya.
Pakaian adat pada pria mengenakan jas yang tertutup dan berlengan panjang, dipadukan celana panjang sebagai pakaian bawahnya. Terdapat kain sarung yang dililitkan pada pinggangnya sampai kelutut. Sedangkan pakaian adat pada wanita Sulawesi Barat mengenakan baju Bodo dengan dihiasi kalung, gelang serta giwang. pada bagian kepala dikenakan sanggul dan beberapa hiasannya. Pakaian bawah dikenakan sarung yang dikenakan seperti rok.

3. Tari Daerah
- Tari Bamba Manurung, ditujukan sewaktu acara pesta Adat Mamuju yang dihadiri oleh para penghulu adat beserta para tokok adat. Pakaian tari ini disebut baju Badu, dan di hiasi oleh bunga melati beserta kipas sebagai perlengkapan tarinya.

- Tari Bulu Londong, ditujukan pada acara Rambutuka sebagai rasa syukur penduduknya.Pakaian tari ini mengenakan baju adat Mamasa yang berbahan bulu burung.  Perlengkapan tari yang dipakai adalah terompet, pedang atau tombak, sengo, kepala manusia dll.

- Tari patuddu ditujukan dalam acara untuk menyambut para tetamu dari luar maupun dalam negeri. Tarian ini merupakan tarian suku Mandar yang tinggal di Sulawesi Barat.

4. Senjata Tradisional: Badik

Badik atau badek bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan Makassar.

5. Suku-suku Sulawesi Barat: ada terdiri dari Makassar (1,59%),Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Suku Mandar (49,15%), dan suku lainnya (19,15%).

6. Lagu Daerah: Bulu Londong, Malluya, Io-Io, Ma'pararuk.

7. Bahasa Daerah: Bahasa Mandar, Bahasa Bugis, Bahasa Toraja, Bahasa Makasar

8. Alat Musik Tradisional: Kecapi, cara memainkannya dengan  dipetik pada bagian senarnya.

Demikian lah bahasan mengenai KEBUDAYAAN SULAWESI BARAT ini dan semoga bermanfaan dalam mengenal keragaman budaya yang ada di bumi Indonesia ini.
Share:

8/06/2016

Budaya Lombok Indonesia

 Budaya merupakan suatu pola hidup yang berkembang dalam masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu budaya memiliki kaitan yang sangat erat dengan kehidupan dalam masyarakat itu sendiri, hal ini dipertegas oleh Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski yang menyatakan bahwa semua yang ada dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu sendiri. Dari pendapat beberapa ahli didapatkan pula pengertian kebudayaan mencakup sebuah kompleksitas yang memuat pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat, juga pernyataan intelektual yang artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

mengenal budaya suku sasak wisata lombok 2016
RUMAH ADAT LOMBOK

 Menurut ahli antropolgi cateora, kebudayaan memiliki beberapa komponen seperti kebudayaan material yang mengacu pada hasil ciptaan masyarakat, contohnya senjata atau perhiasan. Kedua, berupa kebudayaan nonmaterial yang berwujud dongeng, lagu ataupun cerita rakyat yang ada di masing-masing daerah di nusantara. Ketiga, adanya sistem kepercayaan yang banyak mempengaruhi masyarakat dalam memandang kehidupan. Selanjutnya yakni komponen yang memuat nilai estetika dan bahasa sebagai alat komunikasi sehari-hari.

 Di Indonesia, terdapat beragam suku bangsa. Keberagaman tersebut menciptakan kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, yang kemudian dikenal dengan nama kebudayaan lokal yang kemudian menyatu menjadi kebudayaan nasional. Masyarakat adat pada dasarnya sangat menjunjung tinggi kebudayaan lokal sebagai sebuah warisan budaya dari para leluhur. Namun, tak jarang budaya lokal semakin tergerus karena generasi muda yang seharusnya menjadi pewaris lebih condong terhadapat budaya-budaya asing yang baru.

 Kebudayaan lokal dengan beragam keunikan dan ciri khas yang ada, sebenarnya memiliki pesona yang sangat kuat. Pelestarian budaya akan memungkinkan masyarakat asli maupun pengunjung untuk memperlajari kearifan lokal yang termuat di dalamnya. Dan bahkan pesona kebudayaan lokal tak jarang menjadi salah satu daya tarik wisata. Di Lombok misalnya, pulau dengan suku asli Sasak ini memiliki beragam budaya unik. Beberapa diantaranya merupakan budaya hasil dari akulturasi dengan budaya Bali dan Jawa.

 Kebudayaan masyarakat Sasak Lombok memang tidak bisa dipisahkan dari pengaruh kebudayaan Bali dan Jawa. Hal ini juga dipertegas dengan latar belakang historis yang menyebutkan bahwa kerajaan Bali pernah berkuasa sekitar tahun 1678 hingga 1849. Dengan memperhatikan rentang waktu yang cukup lama kekuasaan Bali atas Lombok maka tak aneh jika akulturasi dua kebudayaan, yakni penduduk lokal dan Bali melahirkan sebuah kebudayaan baru dalam kehidupan sosial etnis sasak. Contohnya dalam bidang seni tradisional Cepung, dimana terlihat kedua budaya saling tarik-menarik dan melengkapi satu sama lain.

 Berdasarkan catatan Van der Kraan, pengaruh luar yang masuk ke dalam kebudayaan Sasak juga berasal dari Jawa. Hal ini ditandai dengan masuknya agama Islam dalam sistem kepercayaan kehidupan masyarakatnya. Bentuk percampuran dua budaya ini terlihat jelas dalam komponen nonmaterial dalam bidang seni seperti Kesenian Tari Rudad, Gamelan Rebana, Wayang Sasak juga Cilokaq. Berikut akan dijabarkan beberapa contoh kebudayaan lokal masyarakat Sasak Lombok yang lain.

Sistem Kepercayaan dan Bahasa

 Di atas telah disebutkan bahwa kebudayaan memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah sistem kepercayaan. Sebagian besar masyarakat sasak menganut agama Islam. Agama kedua terbesar adalah Hindu yang banyak dianut oleh-oleh warga keturunan Bali. Beberapa penduduk keturunan Cina menganut Kristen, dan sebagian lagi menganut Budha.

 Untuk komunikasi sehari-hari, Bahasa yang banyak digunakan adalah bahasa Sasak. Namun di beberapa wilayah Lombok seperti di kotamadya Mataram ada beberapa perkampungan yang menggunakan bahasa Bali.

Tradisi Pernikahan Sasak

 Contoh budaya Sasak lainnya nampak pada acara nyongkolan, yakni salah satu rangkaian dari upacara pernikahan. Nyongkolan berupa arak-arakan rombongan pengantin dari rumah mempelai pria menuju rumah pengantin wanita. Rombongan pengantin ini akan diiringi dengan tabuhan musik tradisional Sasak yang disebut Gendang Beleq. Proses ini biasanya dilakukan menjelang sore pada hari Sabtu dan Minggu.

 Adapun tetabuhan Gendang Beleq dimaksudkan agar iring-iringan menarik perhatian masyarakat sehingga tujuan nyongkolan tercapai yakni memperkenalkan pasangan pengantin kepada masyarakat sekitar. Selain itu, Gendang Beleq juga berfungsi untuk mengiringi acara ngurisang (potong rambut bayi), ngitanang (sunatan), begawe beleq (upacara besar), ataupun untuk acara festival seperti ulang tahun kota atau provinsi. Sedangkan di zaman dulu, Gendang Beleq berfungsi sebagai musik perang yang mengiringi ksatria Lombok saat berangkat atau pulang dari medan laga.

Gendang Beleq

mengenal budaya suku sasak wisata lombok 2016
Kesenian Lombok
 Gendang Beleq merupakan salah satu kesenian tradisional yang telah sangat lama berkembang dan dikenal dengan baik oleh masyarakat suku Sasak. Dalam perjalanannya, kesenian tradisional Gendang Bedeq telah mengalami pasang surut perkembangan. Bahkan, dengan perkembangan yang sangat pesat pada akhir-akhir ini, kesenian tradisional Gendang Beleq telah tumbuh kembali menjadi kesenian yang sangat populer pada seluruh lapisan masyarakat suku Sasak.
Kesenian Gendang Beleq telah hadir dengan fungsi  sebagai pelengkap kebudayaan serta menjadi salah satu sarana pengungkap makna-makna luhur kebudayaan. Pada sisi lain,  kesenian Gendang Beleq memiliki potensi yang sangat besar sebagai media pendidikan bagi masyarakat dan sebagi salah satu sumber devisa bagi negara yang dengan sendirinya dapat pula meningkatkan  taraf  hidup para seniman pendukungnya.
Nama kesenian Gendang Beleq diambil dari salah satu alat musik yang digunakan yaitu dua buah gendang berukuran besar dan panjang. Bentuk kesenian tradisional Gendang Beleq  yang kita temukan dewasa ini merupakan perkembangan bentuk karena pengaruh kesenian Bali yaitu Tawaq-Tawaq. Perubahan bentuk kesenian ini pertama kali terjadi sekitar tahun 1800 M, ketika Anak Agung Gede Ngurang Karang Asem memerintah di gumi Sasak.

 Sebelumnya, kesenian Gendang Beleq hanya terdiri atas sebuah Jidur (gendang besar yang berbentuk beduq), sebuah gong dan sebuah suling. Demikian besar pengaruh kebudayaan Bali pada waktu itu, sehingga peralatan kesenian ini berkembang sesuai dengan alat yang digunakan pada kesenian tawaq-tawaq. Akan tetapi, agar tidak meninggalkan nilai-nilai Islam, para seniman suku Sasak pada waktu itu tetap mempertahankan bentuk gendang besar yang menyerupai beduq yang digunakan di masjid. Selain itu, jumlah personil yang digunakan pun dibatasi pada jumlah 13 atau 17 orang pemain. Bilangan ini menunjukkan bilangan rakaat dalam shalat. Demikian pula dengan tata cara memainkan alat ini merupakan implementasi dari pelaksaan shalat berjamaah dan tuntunan hidup bermasyarakat dengan nilai-nilai keislaman.

 Sebuah grup gendang beleq biasanya terdiri dari 15 – 17 orang yang biasanya semua laki – laki. Gendang beleq sebenarnya merupakan salah satu instrumen yang ada pada tarian ini. Disebut gendang beleq karena salah satu musiknya adalah gendang beleq (gendang besar). Gendang beleq (gendang besar ) ini biasanya terbuat dari kulit sapi, besi tua dan kayu yang panjangnya bisa mencapai lebih dari satu meter dan disandang pada pundak dua pemain.

 Pada umumnya gendang beleq (gendang besar) dicat hitam putih dengan pola kotak – kotak. Di Lombok kedua warna itu memang mempunyai arti simbolis. Hitam adalah lambang keadilan sedangkan putih adalah lambang kesucian. Selain itu, hitam juga diibaratkan sebagai bumi dan putih diibaratkan sebagai langit yang keduanya merupakan kekuatan yang harus selalu ada dalam kehidupan manusia

Tari Rudat

 Tari Rudat adalah sebuah tari tradisional yang masih banyak terdapat di Pulau Lombok. Dibawakan oleh 13 penari yang berdandan mirip prajurit. Berbaju lengan panjang warna kuning, celana sebatas lutut warna biru, berkopiah panjang mirip Aladin warna merah yang dililit kain warna putih atau biasa disebut tarbus. Mereka dipimpin oleh seorang komandan yang mengenakan kopiah mirip mahkota, lengkap dengan pedang di tangan.
Biasanya tarian ini dibawakan pada saat upacara khitanan, katam Al Quran, Maulid Nabi peringatan Isra Mi’raj, dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya.

 Tari Rudat ditarikan sambil menyanyi dengan lagu yang melodi dan iramanya seperti lagu melayu. Syairnya ada yang berbahasa Arab dan ada pula yang berbahasa Indonesia. Tari Rudat diiringi sejumlah alat musik rebana yang terdiri dari jidur, rebana, dap, mandolin dan biola. Gerak tarian rudat merupakan gerak seni bela diri pencak silat yang menggambarkan sikap waspada dan siap siaga prajurit Islam tempo dulu.

Itulah sebabnya, mereka banyak menggunakan gerakan tangan dan kaki. Kadang tangan diayun kiri kanan, kadang mirip gelombang, tapi di saat lain mereka melakukan gerakan memukul dan menendang.

 Sesungguhnya asal-usul kesenian rudat sampai saat ini masih belum begitu jelas. Sebagian berpendapat, bahwa kesenian rudat ini merupakan perkembangan dari zikir zaman dan burdah, yaitu zikir yang disertai gerakan pencak silat. Burdah adalah nyanyian yang diiringi seperangkat rebana ukuran besar.

 Pendapat lain mengatakan, konon tari ini berasal dari Turki yang masuk bersama penyebaran agama Islam di Indonesia pada abad XV. Itulah sebabnya, tarian ini kentara sekali warna Islamnya, terutama dalam lagu dan musiknya. Di Lombok Timur dapat kita jumpai dan saksikan hampir di semua Kecamatan.

Seni Bela Diri Perisaian

 Kesenian tradisional Sasak yang cukup banyak mendapat sorotan adalah budaya Perisaian. Walaupun pada zaman dulu perisaian digunakan sebagai tarian pemanggil hujan, sekarang perisaian telah berkembang menjadi sebuah permainan rakyat yang terorganisir dalam bentuk event perlombaan yang diselenggarakan dari tingkat desa, hingga kabupaten. Seni bela diri ini menggunakan penjalin (rotan) sebagai senjata dan ende (perisai) yang terbuat dari kulit rusa atau sapi. Pemainnya disebut pepadu, terdiri dari dua orang remaja atau dewasa yang kemudian beradu keterampilan. Tanda kemenangan atas lawan dari seorang pepadu adalah apabila berhasil memukul lawan dibagian kepala hingga bocor (meneteskan darah).

 Kain Rarang Tenun khas Lombok di Pengrajin Desa Sukarara merupakan desa penghasil kerajinan tenun songket Lombok yang terkenal. Lokasinya berada di luar jalur jalan negara, Kecamatan Jonggot, Lombok Tengah. Perjalanan menuju desa ini dapat ditempuh menggunakan angkutan umum dari Bertais ke Praya dan turun ketika menjelang sampai di Puyung. Kemudian dapat dilanjutkan dengan memakai jasa ojek menuju Sukarara. Desa ini berjarak sekitar 25 km dari kota Mataram. Disarankan, bila berkunjung ke desa ini sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi atau sewaan, mengingat angkutan umum yang jarang untuk ditemui.

 Seperti dikenal sebelumnya bahwa Sukarara adalah sentra penghasil songket terbesar di Lombok. Hal ini sudah menjadi bagian dari komoditi hingga merambah pasaran luar negeri. Tenun songket merupakan kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan dengan hiasan-hiasan dari benang sintetis berwarna emas, perak, dan warna lainnya. Hiasan itu disisipkan di antara benang lusi. Terkadang hiasan dapat berupa manik-manik, kerang, maupun uang logam.

 Setibanya di Sukarara, maka pengunjung akan langsung disambut oleh kaum perempuan berpakaian adat Sasak. Mereka dengan sigap mendemonstrasikan keterampilan mereka dalam menenun. Beberapa toko biasanya menyuguhkan tontonan teknik-teknik menenun kain songket, hal tersebut dapat langsung dilihat oleh para pengunjung. Teknik-teknik tersebut merupakan teknik tradisional sederhana yang masih dilakukan oleh pengrajin, yakni mulai dari mengolah benang (menggunakan pemberat yang diputar-putar dengan jari-jari tangan, pemberat tersebut berbentuk seperti gasing terbuat dari kayu), hingga menjadi selembar kain yang berwarna warni. Pengunjung yang berminat pun dapat turut serta mencoba menenun seperti perempuan-perempuan sasak itu.

 Kain tenun rata-rata dikerjakan di rumah (home industry). Hampir setiap rumah memiliki alat tenunnya sendiri. Namun, profesi penenun hanya dilakoni oleh kaum perempuannya saja, sedangkan para pria bekerja sebagai petani di sawah. Ada tradisi unik terkait songket ini, kaum perempuan yang ingin menikah diwajibkan untuk memberikan kain tenun buatannya sendiri kepada pasangan. Apabila belum mampu membuat tenun songket, maka perempuan tersebut belum boleh menikah. Namun, bila nekat ingin menikah juga, maka perempuan tersebut akan dikenakan denda. Denda dapat berupa uang maupun hasil panen padi.

 Motif-motif songket yang ditawarkan pun sangat beragam, antara lain motif ayam, motif kembang delapan, motif kembang empat, motif begambar tokek yang merupakan simbol keberuntungan, motif pakerot yang berbentuk horizontal, motif trudak yang berwarna violet, dan masih banyak lagi. Masing-masing motif memiliki maknanya sendiri-sendiri.
Desa Sukarara juga memproduksi tenun ikat. Bahan tenun ikat sangat sederhana yakni terbuat dari bahan katun. Waktu produksi tidak membutuhkan waktu yang lama, cukup satu hari penenun dapat menyelesaikan tenun ikat sepanjang 3 meter. Harga tenun ikat pun bervariasi tergantung bahan pewarna kainnya, apabila terbuat dari pewarna kimia maka dibanderol mulai dari harga Rp.100.000, sedangkan kain yang terbuat dari pewarna alami maka harga dipatok mulai dikisaran harga Rp.150.000.

 Untuk harga tenun songketnya pun bervariasi sesuai dengan ukuran, tingkat kesulitan, dan bahan baku yang dipakai. Paling murah didapati harga Rp.50.000 untuk ukuran taplak meja kecil, sedangkan untuk selendang, syal, dan ikat kepala dapat dibanderol harga sekitar Rp. 100.000. Kain tenunan yang dikombinasikan dengan benang emas bisa bernilai sekitar Rp.1,5 jutaan hingga Rp.2,5 jutaan atau lebih.

 Salah satu kebudayaan suku Sasak di Lombok adalah tradisi Bau Nyale. Ini merupakan salah satu tradisi sekaligus identitas suku Sasak. Oleh sebab itu, tradisi ini masih tetap dilakukan oleh suku Sasak sampai sekarang. Bau Nyale biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai di pulau Lombok selatan, khususnya di pantai selatan Lombok Timur seperti pantai Sungkin, pantai Kaliantan, dan Kecamatan Jerowaru.
Selain itu, juga dilakukan di Lombok Tengah seperti di pantai Seger, Kuta, dan pantai sekitarnya. Saat melakukan tradisi ini biasanya juga dilengkapi dengan berbagai hiburan pendamping.

 Bau Nyale selalu dilakukan secara rutin setiap tahun. Tradisi ini sebenarnya sudah dilakukan sejak lama dan dilakukan secara turun temurun. Sayangnya, kapan kepastian waktu dimulainya tradisi ini masih belum diketahui. Berdasarkan isi babad, Bau Nyale mulai dikenal masyarakat dan diwariskan sejak sebelum abad 16. Bau Nyale berasal dari bahasa Sasak. Dalam bahasa Sasak, Bau artinya menangkap sedangkan Nyale adalah nama sejenis cacing laut. Jadi sesuai dengan namanya, tradisi ini kegiatan menangkap nyale yang ada di laut.
Tradisi Bau Nyale biasanya dilakukan dua kali setahun. Tradisi ini dilakukan beberapa hari sesuai bulan purnama yaitu pada hari ke-19 dan 20 bulan 10 dan 11 dalam penanggalan suku Sasak. Biasanya tanggal tersebut jatuh pada bulan Februari dan Maret. Upacara penangkapan cacing nyale dibagi menjadi dua yakni dilihat dari bulan keluarnya nyale-nyale dari laut dan waktu penangkapannya. Dilihat dari waktu penangkapan juga masih dibagi lagi menjadi jelo pemboyak dan jelo tumpah. Bulan keluarnya nyale dikenal dengan nyale tunggak dan nyale poto. Nyale tunggak merupakan nyale-nyale yang keluarnya pada bulan kesepuluh sedangkan nyale poto keluarnya pada bulan kesebelas. Kebanyakan nyale-nyale keluar saat nyale tunggak. Oleh sebab itu, banyak masyarakat yang menangkap nyale saat bulan ke-10. Masyarakat menangkap nyale biasanya saat menjelang subuh. Pada saat tersebut, nyale berenang ke permukaan laut. Saat itulah masyarakat menangkap nyale-nyale tersebut.
Cacing laut yang disebut dengan Nyale ini termasuk dalam filum Annelida. Nyale hidup di dalam lubang-lubang batu karang yang ada dibawah permukaan laut. Uniknya, cacing-cacing nyale tersebut hanya muncul ke permukaan laut hanya dua kali setahun.

 Tradisi Bau Nyale merupakan sebuah kegiatan yang dihubung-hubungkan dengan kebudayaan setempat. Bau Nyale berawal dari legenda lokal yang melatarbelakangi yakni tentang kisah Putri Mandalika. Menurut kepercayaan masyarakat Lombok, nyale konon merupakan jelmaan Putri Mandalika. Putri Mandalika dikisahkan sebagai putri yang cantik dan baik budi pekerinya. Karena kecantikan dan kebaikannya, banyak raja dan pangeran yang jatuh cinta kepadanya dan ingin menjadikannya sebagai permaisuri. Putri tersebut bingung dan tidak bisa menentukan pilihannya. Ia sangat bingung. Jika ia memilih salah satu dari mereka, ia takut akan terjadi peperangan. Putri yang baik ini tidak menginginkan peperangan karena ia tidak mau rakyat menjadi korban.

 Oleh sebab itulah, putri pub lebih memilih mengorbankan dirinya dengan menceburkan dirinya ke laut dan berubah menjadi nyale yang berwarna-warni. Oleh sebab itu, masyarakat di sini percaya bahwa nyale tidak hanya sekedar cacing laut biasa tetapi merupakan makhluk yang dipercaya dapat membawa kesejahteraan bagi yang menangkapnya. Masyarakat di sini meghormati dan percaya bahwa orang yang mengabaikannya akan mendapat kemalangan. Mereka yakin nyale dapat membuat tanah pertanian mereka lebih subur dan mendapatkan hasil panen yang memuaskan. Selain itu, nyale juga digunakan untuk lauk pauk, obat dan keperluan lain yang bersifat magis sesuai kepercayaan masing-masing.

Kuliner Lombok

 Ciri yang menonjol dalam menu-menu masakan Lombok adalah citarasanya yang pedas. Ini karena beberapa menu terkenal seperti Nasi Puyung, Pelecing Kangkung, Pelecing Manok juga Ayam Taliwang memang didominasi oleh rasa pedas.
Namun ada juga menu lain yang manis seperti jajanan Kelepon Kecerit. Jajanan yang terbuat dari tepung beras dan gula merah ini umumnya berwarna hijau dan berbentuk bola. Ada sensasi ledakan kecil yang membuat cairan gula merah di dalamnya muncrat (kecerit) ketika digigit. Menu khas lain adalah Ares yang sering ditemukan pada acara-acara begawe (pesta/upacara besar). Ares terbuat dari hati batang pisang yang paling muda, dipotong kecil kemudian diberi bumbu. Selain karena menggunakan ragi beleq, yakni istilah bumbu lengkap dalam ragian Sasak, Ares juga membutuhkan proses memasak yang cukup lama. Itulah sebabnya menu ini kadang hanya ditemui dalam acara-acara tertentu seperti pernikahan, kelahiran ataupun kematian.
Share:

8/05/2016

Mengenal Budaya dan Adat Bali

Bali merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Pulau bali berada diantara pulau lombok dan pulau jawa. Provinsi yang terkenal dengan tempat wisata berkelas internasional ini memiliki adat kebudayaan yang unik, baik dalam seni budaya bali, makanan khas bali, sampai dengan rumah adat suku bali. Kesemuanya memiliki ciri khas tersendiri yang menarik sehingga banyak orang tertarik untuk mengenalnya Pulau Bali lebih jauh.

mengenal budaya bali 2016,
Salah satu Kesenian Bali
Di Bali dikenal satu bait sastra yang intinya digunakan sebagai slogan lambang negara Indonesia, yaitu: Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Manggrua, yang bermakna 'Kendati berbeda namun tetap satu jua, tiada duanya (Tuhan - Kebenaran) itu'. Bisa dipahami jika masyarakat Bali dapat hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain seperti Islam, Kristen, Budha, dan lainnya. Pandangan ini merupakan bantahan terhadap penilaian sementara orang bahwa Agama Hindu memuja banyak Tuhan. Kendati masyarakat Hindu di Bali menyebut Tuhan dengan berbagai nama namun yang dituju tetaplah satu, Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Mayoritas di Bali menganut Agama Hindu dan sebagian kecilnya terbagi antara Islam, Kristen, Budha Dll. Namun demikian kerukunan antar agama terpelihara dan menciptakan suasana damai dalam bermasyarakat.

Didukung dengan berbagai filosofi agama sebagai titik tolak ajaran tentang ke-Mahakuasa-an Tuhan, ajaran Agama Hindu menggariskan pelaksanaan Yadnya dalam lima bagian yang disebut Panca Yadnya, yang diurai menjadi:

1. Dewa Yadnya
Persembahan dan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Upacara Dewa Yadnya ini umumnya dilaksanakan di berbagai Pura, Sanggah, dan Pamerajan (tempat suci keluarga) sesuai dengan tingkatannya. Upacara Dewa Yadnya ini lazim disebut sebagai piodalan, aci, atau pujawali.
2. Pitra Yadnya
Penghormatan kepada leluhur, orang tua dan keluarga yang telah meninggal, yang melahirkan, memelihara, dan memberi warna dalam satu lingkungan kehidupan berkeluarga. Masyarakat Hindu di Bali meyakini bahwa roh leluhur, orang tua dan keluarga yang telah meninggal, sesuai dengan karma yang dibangun semasa hidup, akan menuju penyatuan dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Keluarga yang masih hiduplah sepatutnya melaksanakan berbagai upacara agar proses dan tahap penyatuan tersebut berlangsung dengan baik.
3. Rsi Yadnya
Persembahan dan penghormatan kepada para bijak, pendeta, dan cerdik pandai, yang telah menetapkan berbagai dasar ajaran Agama Hindu dan tatanan budi pekerti dalam bertingkah laku.
4. Manusia Yadnya
Suatu proses untuk memelihara, menghormati, dan menghargai diri sendiri beserta keluarga inti (suami, istri, anak). Dalam perjalanan seorang manusia Bali, terhadapnya dilakukan berbagai prosesi sejak berada dalam kandungan, lahir, tumbuh dewasa, menikah, beranak cucu, hingga kematian menjelang. Upacara magedong-gedongan, otonan, menek kelih, pawiwahan, hingga ngaben, adalah wujud upacara Hindu di Bali yang termasuk dalam tingkatan Manusa Yadnya.
5. Bhuta yadnya
Prosesi persembahan dan pemeliharaan spiritual terhadap kekuatan dan sumber daya alam semesta. Agama Hindu menggariskan bahwa manusia dan alam semesta dibentuk dari unsur-unsur yang sama, yaitu disebut Panca Maha Bhuta, terdiri dari Akasa (ruang hampa), Bayu (udara), Teja (panas), Apah (zat cair), dan Pertiwi (zat padat). Karena manusia memiliki kemampuan berpikir (idep) maka manusialah yang wajib memelihara alam semesta termasuk mahluk hidup lainnya (binatang dan tumbuhan).

Panca Maha Bhuta, yang memiliki kekuatan amat besar, jika tidak dikendalikan dan tidak dipelihara akan menimbulkan bencana terhadap kelangsungan hidup alam semesta. Perhatian terhadap kelestarian alam inilah yang membuat upacara Bhuta Yadnya sering dilakukan oleh umat Hindu baik secara insidentil maupun secara berkala. Bhuta Yadnya memiliki tingkatan mulai dari upacara masegeh berupa upacara kecil dilakukan setiap hari hingga upacara caru dan tawur agung yang dilakukan secara berkala pada hitungan wuku (satu minggu), sasih (satu bulan), sampai pada hitungan ratusan tahun

1. Rumah Adat Bali
Dalam membangun sebuah rumah, biasanya masyarakat bali berpedoman pada Asta Bhumi dan Asta Kosala Kosali atau bisa di artikan seperti fengshui bagi budaya chinese. Masyarakat bali memiliki kepercayaan bahwa sebuah kedinamisan dapat tercapai jika terwujudnya keharmonisan antara Tri Hita Karana (Pawongan, Pelemahan, dan Parahyangan)

mengenal budaya bali 2016,
 Rumah Adat Bali
Rumah adat suku bali harus memiliki susunan ruang seperti pekarangan rumah yang di bagi menjadi 3 bagian atau disebut dengan Tri Angga :

-Utama Mandala; Pekarangan bagian depan yang diperuntukkan untuk tempat suci atau parahyangan
-Madya Mandala; Bagian tengah diperuntukkan untuk penguni rumah atau pawongan
-Nista Mandala; Bagian belakang untuk palemahan

Untuk rumah di desa dataran terbagi menjadi sembilan bagian dengan mengikuti konsep Sanga Mandala sebagai dasar penataan ruangan, yaitu :
penataan ruangan, yaitu :

1.Kaja Kangin/ Utamaning Utama;
2.Kaja/ Utamaning Madya;
3.Kelod-Kauh/ Utamaning Nista;
4.Kangin/ Madyaning Utama;
5.Tengah/ Madyaning Madya;
6.Kauh/ Madyaning Nista;
7.Kelod-Kangin/ Nistaning Utama;
8.Kelod/ Nistaning Madya;
9.Kelod-Kauh/ Nistaning Nista;

Seperti yang dapat kita lihat bahwa arsitektur rumah suku bali dipenuhi dengan hiasan seperti ukiran dan pewarnaan yang cukup unik. Namun jangan kira ukiran atau hiasan tersebut tidak memiliki makna penting bagi masyarakat bali. Ukiran atau hiasan tersebut merupakan simbol ungkapan keindahan serta penyampaian komunikasi. Patung-patung yang ada disetiap rumah adat bali memiliki makna bagi keyakinan/ kepercayaan masyarakat bali dan sebagai simbol-simbol ritual.

-Panyengker karang/ tembok batas rumah;
-Pintu masuk;
-Tempat beribadah/ pamerajan, sanggah;
-Bale daja/ meten/ gedong di sebelah utara rumah;
-Bale dangin di sebelah timur rumah;
-Dapur berada di sebelah selatan;
-Bale dauh berada di sebelah barat;
-Tugu Pangijeng Karang;
-Sumur
-Lumbung tempat penyimpanan beras

Seperti yang sudah kita bahas di atas bahwa rumah adat suku bali di desa dataran memiliki 9 bagian pekarangan. Untuk masyarakat di pegunungan cukup sederhana hanya memiliki 3 bagian yaitu :

-Sanggah;
-Bale meten;
-Bale delod;

2. Pakaian Adat
Pakaian bali yang umum terbagi menjadi 3 fungsi, yaitu pakaian untuk acara keagamaan, pakaian acara pernikahan, dan pakaian adat yang digunakan untuk sehari-hari. Tentu kita pun tau bahwa pakaian adat bali pria dan wanita pasti memiliki perbedaan. Misalnya untuk mengetahui apakah seorang perempuan itu sudah menikah atau masih gadis, bisa kita bedakan dari jenis sanggul yang digunakannya saat ke pura. Perempuan yang masih gadis atau belum menikah menggunakan sanggul pusung gonjer, sedangkan yang sudah menikah menggunakan sanggul pusung tagel.

Ada juga pakaian bali paling mewah, yaitu busana agung yang dikenakan dalam acara tertentu saja seperti acara perkawinan atau acara potong gigi. Pakaian mewah ini ada beberapa variasi yang menyesuaikan dengan momen.

Wastra wali atau wastra putih merupakan kain yang digunakan khusus dalam suatu upacara Sebagai simbol kesucian. Selain menggunakan wastra wali, seorang pria bali juga menggunakan dodot atau kampuh kelagan yang dikenakan sampai menutupi dada. Sedangkan bagi wanita, sebelum menggunakan kain wastra terlebih dahulu menggunakan sinjang atau kain lapis yang berfungsi untuk mengatur langkahnya agar terlihat anggun saat berjalan.

3. Tarian Daerah
Kesenian pada masyarakat Bali merupakan satu kompleks unsur yang tampak digemari oleh warga masyarakatnya, sehingga terlihat seolah-olah mendominasi seluruh kehidupan masyarakat Bali. Atas dasar fungsinya yang demikian maka kesenian merupakan satu fokus kebudayaan Bali. Daerah Bali sangat kaya dalam bidang kesenian, seluruh cabang kesenian tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakatnya yang meliputi seni rupa, seni pertunjukan dan seni sastra.

Seni rupa mencakup satu cabang yang terdiri dari seni pahat, seni lukis dan seni hias. Seni pahat pada masyarakat Bali telah mengalami suatu perkembangan yang panjang yaitu patung-patung yang bercorak megalitik yang berasal dari jaman pra Hindu yang dipandang sebagai penghubung manusia dengan nenek moyang dan kekuatan alam, arca dewa-dewa yang dianggap sebagai media manusia dengan dewa-dewa dan jenis ini merupakan pengaruh Hindu-Budha, patung-patung yang bertemakan tokoh-tokoh dari cerita Mahabharata dan Ramayana, bentuk-bentuk relief yang dipahatkan pada tembok pintu dan tiang rumah, serta patung-patung yang berbentuk naturalis. Begitu pula dengan seni lukis di Bali yang telah mengalami perjalanan yang sangat panjang, dimulai dengan lukisan-lukisan yang bersifat simbolis magis seperti rerajahan, lukisan-lukisan religius seperti lukisan parba, langit-langit dan ider-ider, serta lukisan-lukisan yang bersifat naturalis.

Untuk seni tari tradisional di Bali berdasarkan fungsinya digolongkan dalam tiga jenis yaitu Tari Wali (Tari Sakral) yang merupakan tarian keagamaan yang dianggap keramat, Tari Bebali merupakan tarian yang berfungsi sebagai pengiring upacara, dan Tari Balih-Balihan merupakan tarian yang berfungsi sebagai hiburan. Jenis tarian sakral atau yang dianggap keramat antara lain : Tari Sanghyang Dedari, Tari Rejang Sutri, Tari Pendet, Tari Baris Gede, Tumbak, Baris Jangkang, Baris Palung, Pusi, Seraman, Tekok Jago, Topeng Pajangan, Wayang Lemah, Wayang Sudamala, Tari Abuang, Tari Bruntuk, Tari Dakamalon, Tari Ngayab, dan Tari Kincang-Kincung. Sedangkan tari yang termasuk kedalam tari balih-balihan diantaranya tari Legong, Barong, Kecak, dan tari Pendet. Alat pakaian atau gander yang digunakan oleh masyarakat akan disucikan atau disakralkan.

Dalam seni musik tradisionalnya, di Bali memiliki juga kesamaan dengan musik tradisional di beberapa daerah yang lain, misalnya dalam penggunaan gamelan dan berbagai alat tabuh lainnya. Namun terdapat perbedaan yang sangat signifikan yakni dalam teknik memainkannya dan gubahannya. Dalam budaya Bali, gamelan memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan budaya dan sosial keagamaan.

Kesenian sastra di Bali merupakan hasil warisan budaya yang luhur dan merupakan referensi serta sumber dari bentuk-bentuk lainnya. Sejak jaman dahulu masyarakat Bali telah mengenal tulisan atau aksara Bali. Secara keseluruhan seni sastra di Bali telah mengalami lima jaman yaitu kesusastraan Bali Purwa, kesusastraan Bali Hindu, kesusastraan Bali Jawa, kesusastraan Bali Baru, dan kesusastraan Bali Modern. Contoh dari kesenian sastra Bali adalah cerita Ramayana atau Mahabarata.

Fungsi dan kedudukan seni dalam kehidupan masyarakat Bali
Kehidupan masyarakat Bali dilandasi falsafah Tri Hita Karana artinya 3 penyebab kesejahteraan yang perlu diseimbangkan dan diharmoniskan, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (Pawongan), dan hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan). Dalam seni musik tradisional atau gamelan Bali, bila dikaitkan dalam konsep Tri Hita Karana gamelan Bali dapat dilihat dari sudut fungsi sebagai berikut :

-Gamelan dalam Konteks Upacara Ritual Keagamaan (Parahyangan)
Gamelan Bali dalam konteks Parahyangan berfungsi untuk mengiringi upacara ritual Hindu. Gamelan yang kini sangat popular pada kehidupan masyarakat Bali yakni gamelan Gong Kebyar, yang fungsinya selain sebagai sarana hiburan, gamelan yang tergolong baru ini juga bisa digunakan dalam mengiringi prosesi upacara Dewa Yadnya. Misalnya pada saat odalan di Pura, Gong Kebyar bisa digunakan untuk mengiringi tari-tari wali seperti tari Topeng, tari Baris Gede, tari Rejang Dewa dan lain sebagainya. Jika dikaitkan dengan konteks Parahyangan, gamelan Gong Kebyar memang banyak fungsinya.

-Gamelan dalam Konteks Sosial (Pawongan)
Hubungan pawongan, salah satunya yaitu penumbuh rasa kebersamaan. Contohnya dalam memainkan gamelan, seorang penabuh dituntut keterampilannya dan mampu mengadakan interaksi antar penabuh yang lainnya agar tercapainya penampilan yang sempurna. Dengan adanya rasa kebersamaan itulah maka rasa persatuan antar penabuh akan tumbuh. Selain itu, antar penabuh atau seniman pun bisa tukar pendapat, saling mengisi, menambah wawasan dan menambah teman baru pula.

-Gamelan dalam Konteks Lingkungan (Palemahan)
Kalau dilihat dari konteks palemahan, gamelan Bali dapat digunakan sebagai musik prosesi pada upacara yang ada hubungannya dalam alam semesta dan lingkungan sekitarnya. Misalnya gamelan Gong Kebyar dan Baleganjur digunakan pada saat upacara mecaru.

-Gamelan dalam Pariwisata dan Ekonomi
Gamelan Bali bisa digunakan untuk penyajian sebuah seni pertunjukkan yang akan dipentaskan kepada wisatawan-wisatawan asing atau domestik yang datang ke Bali. Ada pula wisatawan yang datang ke Bali sengaja untuk melihat pertunjukan pementasan gamelan Bali dan sengaja datang untuk belajar bermain gamelan Bali.

Hal itu membawa dampak yang luar biasa pada perekonomian negara khususnya bagi masyarakat Bali sendiri, yaitu pendapatan perkapita negara yang semula rendah menjadi tinggi akibat berkembangnya pariwisata.
Pada saat ini, gamelan telah menjadi lahan kerja bagi seniman-seniman Bali bila ada wisatawan asing atau domestik yang ingin belajar gamelan Bali, dan oleh hal tersebut menyebabkan banyak bermunculan seniman-seniman profesional yang menyediakan jasa pembuatan tabuh.

Tak heran bila sebagian besar kehidupan masyarakat Bali diwarnai dengan berbagai macam upacara keagamaan, dan di setiap upacara keagamaan tersebut pasti ada sajian-sajian upacara yang diiringi dengan gamelan dan kelompok penari untuk mengisi acara upacara keagamaan tersebut. Namun, dengan berjalannya waktu fungsi kesenian bali yang semula sarana sakral kini sebagian sudah menjadi seni sekuler yang mengarah pada hiburan dan persembahan karya dengan nilai seni yang tinggi. Bagi masyarakat Bali, seni dan kerajinan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Perkembangan Kesenian Bali

Sulit membedakan antara seni dan kehidupan sehari-hari di masyarakat Bali, karena kesenian dan agama sudah seperti dwitunggal, itulah yang membuat kesenian di Bali hingga saat ini masih dapat bertahan sampai sekarang dan terwarisi secara turun-temurun.
Perkembangan kesenian Bali dibagi menjadi fase-fase historis yang meliputi zaman pra-Hindu, zaman pemerintahan Raja-raja Bali, zaman kedatangan orang-orang Majapahit, zaman pemerintahan Belanda, dan zaman kemerdekaan sampai masa kini.

I.Zaman Pra-Hindu

Pada zaman ini seni tari yang dikenal adalah tari primitif yang ditemukan pada upacara-upacara animisme dan dinamisme yang fungsinya untuk menolak bala, menurunkan hujan atau untuk menyembuhkan penyakit. Pada masyarakat Bali sendiri, sisa-sisa kebudayaan seperti itu masih berkembang, contohnya pada tari Sang Hyang Dedari yang merupakan kesenian asli yang sangat tua umurnya, tari tersebut dipertunjukkan dalam upacar keagamaan dan merupakan media keagamaan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Bali.
Berkembangnya seni suara Bali purba terjadi sebelum abad ke 6, yang merupakan kesusastraan rakyat bercorak tradisi lisan dan dieplajari turun temurun. Terdapat banyak perubahan dalam perjalanannya, tetapi kesusastraan tersebut tetap berkembang pesat hingga muncul beberapa cerita rakyat. Pada zaman itulah diduga kuat sebagai awal cikal bakal berkembangnya lagu-lagu rakyat yang disebut gegendingan yang salah satu contohnya ialah Gending Sang Hyang yang merupakan nyanyian sakral berbahasa Bali.

II.Zaman Pemerintahan Raja-raja Bali

Kesenian Bali mendapat pengaruh kebudayaan Hindu Jawa sejak abad ke 8. Hal tersebut memang belum diketahui secara pasti, namun setelah ditemukannya prasasti Bebetin yang dibuat oleh pegawai Kerajaan Singhamandawa pada bulan ke 10 yang berangka tahun 896 Masehi menyebutkan beberapa jenis seni pertunjukan seperti pamukul, pagending, pabunjing, papadaha, pabangsi dan sebagainya.
Literatur-literatur Bali kebanyakan memberi tekanan pada pengaruh kebudayaan Hindu, dan sangat sedikit menaruh pengaruh pada unsur-unsur kebudayaan Cina dalam kesenian Bali. Hubungan tersebut terlihat dari Barong yang ada di Bali yang berasal dari singa barong Cina yang muncul pada Dinasti T’ang pada abad ke 7 sampai abad ke 10. Pengaruh Cina juga tampak pada peninggalan barang-barang porselin, patung-patung, dan bangunan suci berhiaskan porselin yang mulai muncul di Bali.

III.Zaman Kedatangan Orang-orang Majapahit

Pada abad ke 16 sampai ke 19, kesenian Bali mencapai puncak keemasannya, dan pada saat itulah muncul dan tercipta tari-tarian Gambuh, Topeng, Wayang Wong, Parwa, Arja, Legong, dan seni klasik lainnya. Pada zaman ini, berkembang pula seni sastra Itihasa yakni seni sastra yang terdiri atas bermacam-macam tembang. Contohnya sastra kakawin Mahabharata dan Ramayana, kidung Panji, peparikan Adiparwa, Bharatayuda, Narasoma, dan Bomantaka yang diciptakan berdasar wiracarita Mahabharata.
Seni rupa yang muncul pada saat itu merupakan seni keagamaan dan seni rupa untuk puri. Perkembangan seni lukis juga muncul gaya kamasan, karya lukis yang berbentuk ornamen wayang yang temanya diambil dari Mahabharata dan Ramayana. Lukisan wayang tersebut juga berperan dalam bangunan pura dan puri sebagai penghias langit-langit, sebagai gambar dinding, atau sebagai lukisan pada alat-alat ritual. Sedangkan dalam perkembangan seni kerajinan menumbuhkan bentuk kerajinan emas-perak yang terukir indah yang dibuat berupa alat-alat upacara, misalnya tempat sesajen seperti bokor, kendi, cawan, dan sangku. Kemudian seni kerajinan juga mendapatkan pengaruh dari luar yang semakin tajam dengan masuknya patra Cina, Mesir, dan Olanda yang dimasukkan dalam berbagai bangunan pura dan puri.
Kontak Bali dengan dunia Barat menyebabkan tumbuhnya kreasi-kreasi modern dalam kesenian Bali. Kreasi tersebut merupakan ekspresi masyarakat modern dan didalam seni tari ditandai dengan Kebyar di Singaraja pada tahun 1914 yang dibentuk dalam tari kemasan dimana tari yang asalnya klasik, komposisinya diperbaharui, waktunya diperpendek, dan lebih menggunakan improvisasi dan interpretasi dari penari sendiri. Dan pada abad ke 18, muncul grup-grup professional dalam kesenian Bali yang mempertunjukkan tari untuk hiburan dan pementasan untuk kepentingan pariwisata dalam menghibur turis yang berkunjung ke Bali.

IV.Zaman Pemerintahan Belanda

Sejalan dengan pertumbuhan Gong Kebyar dalam seni pertunjukan, pada tahun 1930-an seni rupa mengalami perubahan bentuk dan isi setelah kedatangan dua pelukis warga negara asing yakni Walter Spies dan Rudolf Bonnet yang menetap di Ubud, mereka mulai melukis dengan tema sabungan ayam, upacara piodalan di pura, ngaben, dan sebagainya. Sebelum kedatangan mereka berdua, para pelukis di Ubud melukis wayang gaya kamasan. Gerak seni lukis di Ubud membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan seni patung dengan munculnya para seniman yang menciptakan bentuk-bentuk seni patung orang menari, bermain suling, orang memanah, dan sebagainya.
Pada masa penjajahan Belanda, dunia arsitektur Bali sangat terpengaruh oleh arsitektur Belanda. Peninggalan arsitektru Belanda yang masih terpelihara bail sampai saat ini adalah Istana Karangasem.
Pada tahun 1930-an juga masyarakat Bali mulai membuat seni imitasi, yakni benda ritual seperti Barong, rangda, dan pratima yang dibuat secara masal dan dijual untuk turis.
Pada tahun 1940-an, Bali menerima sebuah bentuk kesenian barat yang dikenal dengan Stambul, yakni sebuah tiruan drama barat yang diduga berasal dari kota Istambul yang mausk ke Indonesia melalui orang-orang Melayu. Lalu stambul tersebut diadaptasikan kedalam kesenian Bali dan dipadukan menjadi tari Janger.

V.Zaman Kemerdekaan Sampai Masa Kini

Sejak 1966 sampai saat ini, perkembangan kesenian Bali mulai menonjol, dan masa kebangkitan kesenian Bali tidak dapat dipisahkan dari usaha pemerintah RI yang sedang membangun. Ada tiga konsep utama yang perlu diperhatikan dalam usaha melestarikan kesenian, yaitu pelestarian ide (gagasan vital), pelestarian materi (ciri-ciri), dan pelestarian keserasian antara keduanya.

4. Senjata Tradisional
Keris Bali, Tombak atau lembing, Wedhung adalah sebuah senjata genggam berbentuk pisau

5. Suku
Bali (bahasa Bali: Anak Bali, Wong Bali, atau Krama Bali)

6. Bahasa Daerah
Bali Aga, Bali Majapahit

7. Lagu Daerah
Majangeran, Ratu Anom

VI.Kesimpulan

Karena umumnya masyarakat Bali mayoritasnya beragama Hindu, maka fungsi kesenian pada masyarakat Bali yang utama tidak dapat dipisahkan dari upacara keagamaan, karena setiap mengadakan ritual upacara keagamaan diiringi dengan musik gamelan dan kelompok penari. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi kesenian tersebut melebar luas dari yang tadinya seni hanya sebagai ritual keagamaan, bisa menjadi hiburan atau tontonan untuk para turis atau wisatawan, bisa menjadi lahan pekerjaan, dan sebagainya.

Share:

8/04/2016

KEBUDAYAAN PAPUA INDONESIA

Papua memiliki begitu ragam budaya,itu dikarenakan banyaknya suku/kelompok yang berbeda-beda dan menciptakan ragam budaya di tanah papua ini.Dan ini sedikit kilasan dari budaya dan suku yang ada di tanah Papua,

1. Rumah Adat

mengenal budaya papua indonesia

Salah satu contoh rumah adat Papua dinamakan Honai. Honai merupakan rumah adat Papua yang dihuni oleh suku Dani. Rumah tersebut terdiri dari dua lantai yaitu lantai pertama sebagai tempat tidur dan lantai kedua untuk tempat bersantai, makan dan mengerjakan kerajinan tangan. Pintu Honai amat kecil, tanpa jendela dan atapnya terbuat dari rumput lalang.
Honai terbentuk seperti jamur dengan ketinggian sekitar 4m. Rumah itu luasnya sekitar12-16m. Dahulu anak laki laki diwajibkan berjaga jaga di Honai dari malam hingga pagi hari, sedangkan anak perempuan/para gadis boleh tidur di Honai secara berkelompok. Selain itu terdapat pula rumah yang berfungsi sebagai kuil animisme. Rumah itu berbentuk kerucut tinggi keatas.

2. Pakaian Adat

Pria Papua mengenakan pakaian adat berupa hiasan kepala, kalung yang terbuat dari gigi dan tulang hewan, kalung dari kerang, ikat pinggang dan sarung yang berumbai rumbai. Tombak beserta, tameng dengan hiasan yang khas ikut menyertai pakaian adatnya.
Wanitanya memakai kalung dari kerang dan gigi binatang, hiasan pada lengan serta pakaian berumbai rumbai

3. Tari tarian Daerah Papua

Mengenal budaya papua indonesia
Tari Yospan Papua Indonesia
a. Tari Selamat Datang, merupakan tari yang mempertunjukkan kegembiraan hati penduduk dalam menyambut para tamu yang dihormati.
b. Tari Musyoh, merupakan tari suci/keramat yang di gunakan dalam upaya mengusir arwah/roh orang meninggal karena kecelakaan.
c. Tari Mbes, merupakan tari garapan yang berfungsi sebagai tari penyambutan tamu. Yang unik dalam tari ini adalah adanya penggambaran tamu yang digotong dalam posisi berlentang pada sebuah perisai. Sementara tifa, yang ritmis dinamis ditengah teriakan teriakan khas ala Papua, merupakan warna tersendiri bagi tari yang diangkat dari daerah suku Asmat ini dll.

4. Senjata Tradisional

Salah satu senjata tradisional di Papua adalah pisau belati. Senjata ini terbuat dari tulang burung Kasuari dan bulunya menghiasi hulu belati tersebut.
Senjata utama penduduk asli Papua lainnya adalah busur dan panah. Busur terbuat dari bumbu dan kayu, sedangkan tali busur terbuat dari rotan. Anak panahnya terbuat dari bumbu, kayu atau tulang kanguru. Busur dan panah dipakai untuk berburu atau berperang.

5. Suku

Suku dan marga yang terdapat didaerah Papua adalah : Asmat, Dani dan suku suku lain yang jumlahnya banyak sekali, tergantung pada keberadaan sukunya, termasuk pula yang tergolong suku Rumpu Melanisia.

6. Bahasa Daerah : Papua.

7. Lagu Daerah  : Apuse, Yamko Rambe Yamko dll.
Share: